Senin, 22 Juni 2009

MANA JANJIMU?

Konon khabarnya, ada seorang nabi yang pernah berdialog dengan malaikat maut. Nabi Allah ini bermohon kepada malaikat maut, "Wahai malaikat maut, bila tiba waktunya engkau diperintah Allah untuk mencabut nyawaku, sudikah engkau menampakkan dirimu jauh-jauh hari sebelumnya untuk memperingatkan aku?"

Malaikat maut pun spontan menjawab, "Karena engkau nabi Allah, aku akan penuhi permintaanmu itu!"

Singkat cerita, setelah beberapa lama kemudian datanglah malaikat maut menjumpai sang nabi yang saat itu sedang lesehan melepaskan lelah, "Wahai nabi Allah, tibalah saatnya aku ditugaskan Allah untuk menjemputmu!" Dengan keheranan Nabi itu pun bertanya, "Bukankah engkau telah berjanji padaku akan memperingatkan aku jauh-jauh hari sebelum saat ini terjadi? Mengapa eng­kau sekarang ingkar janji?"

Kata malaikat maut, "Wahai nabi Allah, sebenarnya aku ini tidak pernah ingkar janji, hanya engkau saja yang tidak menyadari. Bukankah aku telah 'menampakkan' diriku berkali-kali ketika mengunjungi umatmu? Bu­kankah baru kemarin aku datang menjemput keponakanmu sementara engkau berada disana? Apakah engkau tidak menyadari bahwa saat itu akulah yang datang?" Malaikat maut berbalik bertanya.

Para hadirin, Ibu-ibu dan Bapak-bapak khalifah Allah, mudah-mudahan kisah ini dapat mengingatkan kita. Bila kita melihat ada kernatian, perlu kita sadari, bahwa kejadian itu merupakan peringatan dari malaikat maut yang ditujukan kepada kita. Malaikat maut secara tersirat memberi isyarat pada kita, bah­wa giliran kita pun akan segera menyusul.

Di dalam riwayat lain yang terdapat pada kitab Zahri Riyadh, disebutkan bahwa nabi Yakub bersahabat dengan malaikat maut. Suatu ketika malaikat maut datang mengunjunginya. Yakub bertanya kepadanya, "Hai malaikat maut, engkau datang sekedar mengunjungiku atau hendak mencabut nyawaku?"

Malaikat maut pun menjawab, "Aku hanya datang berkunjung."

Lalu Yakub berkata lagi, "Aku mohon engkau mau memenuhi satu permintaanku." "Apakah permintaanmu itu, wahai nabi Allah?"

"Bila ajalku telah mendekat, tolong engkau beritahukan padaku sebelumnya."

Kata malaikat maut, "Baiklah, nanti akan aku kirimkan kepadamu dua atau tiga orang utusan."

Ketika Yakub sampai ajalnya, datanglah malaikat maut padanya. Dan sebagaimana biasanya, Yakub pun bertanya, "Apakah kamu hanya berkunjung atau hendak mencabut nyawaku?"

"Kali ini aku datang diperintah Allah untuk mencabut nyawamu!"

Dengan keheranan Yakub bertanya, "Bukankah engkau telah berjanji padaku akan mengirimkan dua atau tiga utusan?"

"Benar! Dan hal itu telah aku lakukan. Keputihan rambutmu setelah hitam sebelumnya; kelemahan tubuhmu setelah kuat sebelumnya; dan kebongkokan tubuhmu setelah tegak sebelumnya. Tidakkah engkau sadar bahwa semua itu adalah utusanku pada anak Adam sebelum ia mati?"

Rupanya hal ini jarang disadari oleh kebanyakan orang, bahwa uban yang muncul di kepala kita, tubuh yang terasa menjadi lebih lemah dibandingkan saat muda dulu, merupakan "utusan" yang menyampaikan signal bahwa sudah waktunya kita memperhitungkan saat kematian kita, sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Manusia yang paling cerdik ialah yang terbanyak mengingat kematian, serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapai kematian itu. Mereka itu adalah yang benar-benar cerdik, dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat –HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim.

Para hadirin, khalifah Allah yang berbahagia, demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan introspeksi ini dapat mengingatkan kita, betapa pentingnya untuk mengingat-ngingat kematian. Seorang sufi yang hidup pada abad kesepuluh yaitu Abu Hamzah Al-Khurasani mengatakan, "Barangsiapa telah merasakan ingat kematian, maka Allah akan menjadikan ia senang mencari pahala dan benci terhadap dosa."Sedangkan Rasulullah saw. sendiri ketika ditanya oleh sahabat, "Ya Rasulullah, apakah ada orang yang dikumpulkan bersama syuhada di akhirat nanti? Maka Nabi menjawab, "Ya ada. Yaitu orang yang selalu mengingat mati dua puluh kali dalam sehari!"

Billahi taufiq walhidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.